Laman

Minggu, 26 Februari 2012

Ketika Sakaratul Maut Menjemput

Rutinitas kehidupan terkadang menyebabkan kita lupa pada kematian. Padahal, kematian itu adalah sebuah peristiwa besar yang pasti kita alami dan rasakan. Kematian adalah sunnatullah (sistem Allah) bagi setiap makhluk yang diberi-nya kesempatan hidup di dunia ini, termasuk manusia, sebagaimana firman-Nya :
"setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada haru kiamatlah akan disempurnakan balasan (amal) kalian. maka, siapa yang (hari itu) di jauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, makasungguh ia telah sukses besar. Dan tidak adalah kehidupan dunia ini kecuali (sedikit) kenikmatan yang menipu. 
(QS. Ali Imran : 185)"

Jika kematian adalah suatu kebenaran yang pasti kita akan rasakan, maka mengapa kita seakan acuh tak acuh saja padanya? mengapa kita seakan melupakannya? Mengapa kesibukan menjalani kehidupan sementara di dunia ini menyebabkan kita seakan, tidak maksimal dalam mengahadapi kematian?

Sebelum kematian tiba, kita akan melewati suatu fase yang bernama sakratulmaut. sakratulmaut adalah pintu gerbang menuju kematian. sakratulmaut adalah peristiwa yang amat menakutkan, karena saat sakratulmaut tiba, tak seorangpun dapat membantu dan menolong kita, Kendati saat kritis itu, istri, sanak keluarga dan handai tolan sedang mengelilingi kita. kita akan bergulat sendirian dengan sakratulmaut itu di tengah keramaian orang-orang yang kita cintai dan sayangi. Mereka semua hanya dapat menatap kita dengan pandangan mata yang hampa. Saat itulah kita akan merasakan langsung apakah kita termasuk orang yang telah merancang kematianatau bukan. Apakah kita termasuk orang yang siap menghadapi kematian atau bukan.

Sakratulmaut dalam bahasa Al-Qur'an yang terdiri dari dua kata "sakrotan",  yang berarti 'Mabuk" dan kata "maut", yang berarti "mati". Maka sakratulmaut berarti "kondisi mabuk menghadapi kematian". Sakratulmaut juga dapat dokatakan sebgai warming up (pemanasan) kematian. Karena kematian itu sulit, berat dan amat sakit maka diperlukan pemanasan. Sisamping itu, sebagaimana kehidupan pertama manusia memerlukan proses dan tahapan, maka kematian juga memerlukan proses dan tahapan agar bisa memasuki alam lain bernama Barzah: sebuah alam yang jauh lebih besar dan sangat berbeda situasi, kondisi dan lingkungannya dengan bumi saat kita hidup di dunia.

Sakratulmaut adalah sesuatu yang ditakutkan manusia. Faktanya, berbgai riset dan upaya telah dilakukan manusia untuk menghindarinya seperti, menciptakan obat-obatan untuk memperpanjang umur. Hal tersebut digambarkan Allah dalam firma-Nya,

"saay datanglah sakratulmaut dengan sebenarnya. Itulah yang kamu selalu lari padanya"
 (QS. Qaf: 19)


 Pertanyaan berikutnya adalah, apakah manusia mampu menghindari sakratulmaut? jawabannya adalah mustahil. Karena sakratul maut adalah tiket manusia untuk masuk alam barzah, tempat penginapan mereka yang ketiga yang sudah disiapkan oleh Sang Pencipta, yakni Allah S.W.T. setelah kehidupan dalam rahim ibu mereka dan kehidupan diatas bumi. Mereka tidak akan dapat mengelak dan lari dari keharusan melewati sakratulmaut, sebagaimana mereka tidak bisa mengelak dari ketentuan dan kehendak-Nya ketika mereka dicpitakan.

Sebab itu, sebelum sakratulmaut datang menghampiri kita, Allah sebagai pemilik dan pengendali jagad raya mengajak kita memikirkan dan menyaksikan kehendak, keputusan dan sistem-Nya tentang sakratulmaut yang telah menjadi kenyataan sehari-hari yang kita saksikan seperti yang dicantumkan dalam surat Al-Waqi'ah berikut :
"maka mengapa ketika nyawa sampai dikerongkongan, padahal kamu ketika menyaksikan (orang yang sedang sekarat itu) dan kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. tetapi kamu tidak melihatnya, maka kalaulah kamu tidak tunduk (pada kehendak Allah) pastilah kamu mampu mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya semula) jika kamy adalah orang-orang yang benar"
(QS. Al-Waqi'ah 83*87)

Tentang kondisi sakratul maut tersebut, Sayyid Quth menjelaskannya dengan indah dan menarik dalam tafsirnya "Fii Zhilal Al-Qur'an". "apa gerangan yang akan anda lakukan ketika nyawa telah berada di tenggorokan? Anda sedang berada di persimpangan jalan yang majhui (tidak diketahui)." kita akan mendengar suara tenggorokan orang yang sedang sekarat dan melihat tatapan wajahnya, merasakan bencana dan kesulitan (yang dihadapinya) lewat firman Allah,
"maka mengapa ketika sampai tenggorokan". 
sebagaimana kita juga bisa melihat tatapan wajah yang tak berdaya, putus asa yang dalam raut muka orang orang yang hadir (di sekitar orang sedang sekarat itu) lewat firman-Nya.
 "padahal kamu ketika itu melihat (orang yang sedang sekarat itu)".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar